Minggu, 24 Maret 2013

LOWONGAN PEKERJAAN GURU / MOTIVATOR ANAK

        PIKA RIMBACA BSR Sebuah lembaga pendidikan anak usia dini yang berkembang pesat membutuhkan tenaga-tenaga profesional sebagai GURU / MOTIVATOR ANAK PART DAN FULL TIME untuk ditempatkan di Pamulang 2 Pondok Benda dengan kriteria sebagai berikut :

* Wanita / Pria
* Usia minimal 18 tahun maksimal 35 tahun
* Pendidikan minimal SMA/Sederajat
* Memiliki sifat penyabar
* Menyukai dunia anak dan  pendidikan anak usia dini
* Berpenampilan rapi dan sopan

Bagi yang memenuhi kriteria diatas, silakan datang langsung dengan membawa surat lamaran dan CV lengkap ke :

PIKA RIMBACA BSR
PERUMAHAN BUMI SERPONG RESIDENCE
BLOK B30 JL. GUNUNG SEMERU
PAMULANG 2 PONDOK BENDA
TANGERANG SELATAN 15415
 TELP: 021-97343264
DENGAN IBU DEWI

Selasa, 19 Maret 2013

“Jadi Orangtua : Status, Gaya Hidup atau Tameng”


Selasa, 19 Maret 2013

13:18

Oleh : Dewi Yanuarita S.Ip

“Jadi Orangtua : Status, Gaya Hidup atau Tameng”

Mmmmmmm beberapa hari ini cuaca lagi panas-panasnya ya..tapi tetap bersyukur karena cucian jadi pada cepat kering hehehehehe, selain itu kasur dan teman-temannya juga kebagian jatah dijemur, semua yang dinikmati jadi asik-asik aja.

Kali ini saya ga akan mengomentari dan menulis tentang cuaca ekstrem yang lagi melanda negara kita tercinta, tapi saya akan lebih mengulas dan coba menganalisa ke-ekstreman para “orangtua” yang baru menjadi “orangtua”  tapi kembali lagi , dalam tulisan ini saya tidak ingin  menghakimi atau memandang rendah siapapun, tetapi pengalaman yang akan saya tuangkan ini , menjadi pelajaran dan pengalaman berharga khususnya untuk saya dan suami yang ingin menjadi orangtua, dan umumnya untuk semua yang membacanya.

Sudah sekitar jam 4 sore tapi alhamdulillah cuaca masih terang benderang, dan sempat sedikit mengurungkan niat saya untuk beberes teras hehehehehe ya beda-beda tipis antara malas dan pembenaran alasan karena cuaca hahahaha, tapi tekad saya untuk memperindah dan mempercantik teras saya terlaksana juga karena beneren ya mata saya sepeeeettttt banget kalo lihat sampah dimana-mana, daun-daun kering yang jatuh minta giliran disapu ada dimana-mana.Jadi meski cuaca lagi ekstrem ( jaelah cuaca lagi yang dijadiin tameng hehehehe maafkan aq y cuaca ) setelah mandi sore pastinya saya langsung keluar rumah lengkap dengan perlengkapan sapu lidi dan teman2nya. Wah ternyata cuaca ga seekstrem yang terlihat dari dalam rumah, apa karena saya udah mandi ya jadi ga berasa panasnya hehehehe, jadi dimulailah ritual saya untuk jadi ijah yang khusus merawat teras rumah.

Senangnya lagi, di depan rumah saya selalu rame dengan canda tawa, celoteh dan kegiatan anak-anak yang bermain. Lengkap loch mulai dari yang masih bayi 1 bulanan, 5 bulanan, 8 bulanan, batita, bahkan yang sudah SD.Mereka selalu sukses membuat saya merasa terhibur dan happy, saya juga senang banget menyapa bayi-bayi itu.Mereka benar-benar lucu dan menggemaskan, tapi sambil menegur bayi-bayi, sekilas saya juga membayangkan akan jadi apa mereka nanti, meski bukan anak saya tapi doa saya untuk anak-anak ini selalu tulus semoga mereka menjadi anak yang berkarakter dunia akhirat.Amin

Jadi kegiatan sore saya ga terlalu monotan dengan hanya membersihkan teras tapi lebih banyak kegiatan kumpul dengan bayi-bayi dan anak-anak itu.Tapi diantara bayi-bayi yang menggemaskan itu ada beberapa bayi yang sakit, sediiiiiiiiiiiiiihhhhh banget ngeliatnya, mereka jadi ga ceria dan ga bersemangat.

Di lingkungan tempat saya tinggal dan bahkan sebagian besar orangtua murid saya mayoritas adalah  pasangan muda yang masih hangat2nya memadu kasih cieeeeeeee ^_^ yang sudah menjadi “orangtua “ dan yang belum seperti saya dan suami, tapi saya dan suami sudah menjadi “orangtua “ untuk anak didik kita. Rata-rata mereka adalah pasangan muda yang baru saja dikaruniai 1, 2 atau 3 anak.Tapi saya juga ga akan menyensus total anak yang dimiliki oleh masing-masing pasangan karena saya bukan kader BKKBN hehehehehe dan mereka juga rata-rata adalah “orangtua” yang keduanya bekerja, nach disinilah awal mula cerita dan pengalaman yang saya dapatkan.

Sebagian pasangan muda yang bekerja itu menitipkan ( *istilah halusnya) anak kepada asisten rumah tangga yang saya yakin belum pernah ditatar atau ditraining secara khusus bagaimana “mendidik dan mengasuh seorang anak “ yang sebenarnya yang pastinya sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak. Mereka menitipkan anak kepada asisten bahkan orangtua kandung ( * nenek dan kakek ) karena merasa sudah tidak ada waktu lagi, semua waktu sudah tercurah untuk urusan pekerjaan atau bahkan duniawi, entah ya ini hanya asumsi saya saja.

Sebenarnya saya ga perduli juga mereka mau bekerja seharian atau apa ya, karena memang bukan urusan dan tanggung jawab saya, saya juga bukan orang yang diserahi tanggung jawab untuk mengurus anak mereka, tapi ga tau yaaaaaaaaaaaaaaaa kalo udah menyangkut anak saya tuch tersentuh dan langsung pengen berontak kalo ada anak ga dapat HAK yang semestinya. Ini bukan perkara saya dan suami belum mendapatkan momongan, bukan juga karena saya berprofesi sebagai tenaga pendidik  anak usia dini, bukkkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...bukaaaaaaaaaaaaaaaaaaan itu. Tapi lebih kepada kodrat saya sebagai wanita dan ibu rumahtangga.

Miris rasanya mendengar anak bahkan bayi tidak mendapatkan kasih sayang yang benar-benar kasih sayang dari kedua orangtuanya, sedih rasanya ketika anak tau sesuatu hal untuk pertama kalinya bukan dari “orangtuanya”, mau nangis rasanya ketika anak bisa melakukan sesuatu untuk pertama kalinya dalam hidupnya, tapi ga ada orangtuanya yang menyaksikan dan bahkan mendampingi secara langsungL Dan bahkan mau MARAH rasanya ketika ada orangtua yang tidak benar-benar menjalankan perannya sebagai “orangtua” dengan baik.

Sebagian besar melakukan sesuatu dan bekerja dengan alasan untuk dan demi anak.Tapi saya ga yakin apa iya semua dilakukan untuk anak???? Apa iya semua dilakukan demi anak, achhhhhhh jadi tambah sedih nich.Ga tau ya tapi saya jadi sentimentil dan mellow gini, karena saya merasa ironi banget dengan kenyataan yang ada bahwa dilingkungan tempat saya tinggal masih banyak “orangtua” yang belum benar-benar menjadi orangtua. Masih banyak yang menurut saya memiliki anak hanya untuk status dan tameng, bukan benar-benar SIAP dan BERTANGGUNG JAWAB.Entah ya tapi memang itu kenyataannya, sering saya dengar, lihat dan saksikan bahkan dihari LIBUR kerja pun anak tetap berada dibawah pengasuhan asisten rumah tangga, mulai dari mandi, makan, pakai baju, belajar, menemani bermain ditaman, pipis, pup dsb. Bahkan anak lebih nyaman untuk berbagi cerita kejadian yang mereka alami setiap harinya disekolah dengan asisten rumah tangga.Karena “orangtua” sudah sibuk dengan dunia orang dewasa.Pergi saat anak masih terlelap dan pulang juga ketika anak sudah terlelap.Jadi dimana peran “orangtua” yang sesungguhnya. Dimana komitmen dan tanggung jawab “orangtua”.

Bahkan yang lebih ekstrem ada pasangan yang suaminya hanya mau bertugas mencari duit, tapi ga mau tahu perkembangan anak-anaknya, dan ga mau juga direpotin dengan urusan anaknya. Ada yang saya lihat dan saksikan sendiri , gimana si “Ayah” yang katanya udah pantes disebut Ayah karena sudah punya anak ga berhenti mengomel dan memarahi anaknya yang masih bayi karena terus menerus menangis dan ga bisa diam karena sebenarnya si bayi lagi demam dan panas, yang ada si “Ayah” malah meminta asisten rumah tangga untuk membawa sibayi keluar dari rumah sejauh-jauhnya dari si “Ayah” mmmmmm sampe ga bisa lagi berkata-kata.Si “Ayah” beralasan dia sudah lelah mencari duit . 

Ada lagi cerita si “Ibu” yang juga katanya sudah pantas dipanggil “Ibu” karena sudah hamil dan melahirkan anak, tapi memilih untuk memasrahkan anak ditangan asisten rumah tangga dengan dalih juga harus bekerja ikut membantu suami mencari duit.Si “Ibu “ lebih eksis diluar dan ga mau dekat-dekat anaknya apalgi kalo udah ribet mau pergi kerja, dan yang bikin saya heran lagi, begitu ga ada si asisten rumah tangga sepertinya dunia berasa KIAMAT buat mereka.Ada juga “orangtua” ini yang menitipkan anak dengan nenek kakeknya yang sudah tua.Apa iya mencari duit harus seperti itu ya??????? Apa iya saat ini menjadi “orangtua” harus seperti itu ya???????????? Harus mengorbankan anak ??????

Sekali lagi benak saya dipenuhi beragam pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya. Apa iya “orangtua” yang mengaku sudah menjadi “orangtua” karena sudah memiliki anak sudah memberikan HAK dan KEBUTUHAN anak dengan tepat????? Apa betul keduanya bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan anak, bukan hanya demi gengsi dan gaya hidup mereka sendiri yang kebanyakan ????? Apa betul sudah siap menjadi “orangtua” yang sesungguhnya, bukan hanya gaya hidup atau status????????? Apa benar sudah tidak ada lagi yang namanya quality time dengan  anak ??????

Sedih rasanya membaca hasil ulangan anak didik ,ketika ada pertanyaan siapa yang memberikan kasih sayang dirumah , sang anak menjawab pembantu atau asisten rumahtanggaL Siapa yang memenuhi kebutuhan dirumah sang anak juga kembali menjawab pembantu atau asisten rumahtangga. Kalo sudah begini jangan salahkan anak jika anak menjadi persis seperti pembantu atau asisten rumahtangga. Baik sikap maupun ucapan .Jangan salahkan anak jika anak lebih menangisi pembantu atau asisten rumahtangga yang pergi ketimbang menangisi “orangtua”nya.Jangan salahkan anak jika anak lebih nyaman berada dalam pelukan dan dekapan pembantu atau asisten rumahtangga.Jangan salahkan anak jika anak lebih percaya dan menurut dengan ucapan pembantu atau asisten rumahtangga .Jadi dimana peran “orangtua” yang sesungguhnya ????? 

Yang lebih membuat saya semakin ingin menangis sejadi-sejadinya adalah ketika “orangtua” membayar waktu yang terbuang dengan hanya memberikan dan membelikan mainan mahal, gadget keluaran terkini, serta mengajak anak ke mall. Apa itu solusi yang tepat ????? Apa itu cara menebus dosa????? Apa memang benar bahwa kehidupan yang ok adalah yang seperti itu ?????????? Apa benar jika memiliki anak sudah menaikkan status??????????? Sejenak saya berandai-andai, pernahkah “orangtua” meluangkan sedikit waktu untuk mendengarkan cerita anak???? Meluangkan waktu untuk bermain seharian penuh dirumah dengan kegiatan yang menyenangkan bersama dengan anak ??????? Pernahkah bahkan dihari libur mau memandikan, menyuapi, memakaikan baju untuk anak ???????? Padahal sejatinya menurut saya, anak merasa  lebih nyaman berada dalam pelukan, dekapan, senyuman, kehangatan kedua orangtuanya dibandingkan dengan kehangatan pembantu atau asisten rumah tangga.Sejatinya anak juga merasa butuh untuk didengar, dipercaya dan dihargai.Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran mini.Seorang anak tidak hanya membutuhkan materi, KEWAJIBAN  orang tua bukan hanya terletak pada apakah sudah memberikan makanan enak, membelikan mainan mahal, membelikan baju mahal, memasukkan anak ke sekolah mahal dan berlabel kurikulum internasional, bukkaannnn..benar-bukan itu. 

Menurut saya ada KEWAJIBAN lebih utama sebagai “orangtua” dari sekedar memenuhi kebutuhan LAHIRIAH anak, yaitu memenuhi BATIN anak dengan menanamkan nilai agama dalam kehidupannya, bersedia dijadikan sebagai sekolah pertama bagi anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya dalam hal akademis,  memberi sentuhan, pelukan, dekapan, kecupan, menyapa dan bertanya kepada anak tentang kegiatan yang anak lakukan, memberi kepercayaan kepada anak, menghargai dan menghormati HAK anak. Membentuk MORAL dan KARAKTER ANAK dengan baik sejak dini.Menurut saya sejatinya itulah tugas sebagai ORANGTUA.

Mudah-mudahan kegelisahan dan kekhawatiran saya tidak menjadi berkepanjangan, karena saya yakin sesungguhnya dalam hati kecil “orangtua” sudah memiliki niat dan tekad yang kuat ketika memutuskan sebuah pilihan untuk menjadi “orangtua”.Ini sudah terbukti dengan beberapa orangtua murid saya yang awalnya bekerja diluar rumah untuk rela berhenti dan lebih mengurus anak dan rumah tangga dengan baik.Saya acungkan jempol dan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk orangtua yang sudah mengerti peran sejati sebagai “orangtua”. Semoga saya dan suami juga diberi kesempatan untuk bisa menjadi orangtua yang sebenarnya.Amin .


Renungan dari Ibu Ainun Habibie yang in sha allah semakin bisa menginspirasi:
--Ibu Ainun Habibie :--

"Mengapa saya tidak bekerja ?
Bukankah saya dokter? Memang.
Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu.

Namun saya pikir : buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yg barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?
Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri ? Anak saya akan tidak memiliki ibu.

Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Bertahun- tahun kami bertiga hidup begitu."

Jangan biarkan Anak-anakmu hanya bersama pengasuh mereka.
Bagaimana bila dibantu pengasuhan dengan kakek neneknya?
Sudah cukup rasanya membebani orangtua
dengan mengurus kita sejak lahir sampai berumah tangga.

Kapan lagi kita mau memberikan
kesempatan kepada orangtua untuk penuh
beribadah sepanjang waktu di hari tuanya.
Mudah2an ini bisa jadi penyemangat dan
jawaban utk ibu-ibu berijazah yang rela
berkorban demi keluarga & anak2nya.
Karena ingin Rumah Tangganya tetap terjaga & anak2 bisa tumbuh dgn penuh perhatian, tdk hanya dalam hal akademik, tp jg utk mendidik agamanya, karena itulah sejatinya peran orangtua.

Belajar dari kesuksesan orang2 hebat, selalu ada pengorbanan dari orang2 yang berada dibelakangnya, yang mungkin namanya tidak pernah tertulis dalam sejarah.

Berbanggalah Engkau sang Ibu Rumah Tangga, karena itulah pekerjaan seorang wanita yg paling mulia..


 

Pergulatan Batin


Jum’at, 8 Maret 2013

18:19

Oleh: Dewi Yanuarita S.Ip

Ga kerasa sudah hampir dua tahun saya menjalankan profesi sebagai tenaga pendidik ini. Profesi yang sangat mulia dan ga semua orang bisa mendapatkan. Alhamdulillah selama dua tahun itu pula banyak suka  yang saya alami.Mendengar tawa, celoteh, tangis anak-anak murid adalah anugerah dan harta yang tak ternilai untuk saya. Meskipun bukan anak yang lahir dari rahim saya, tapi tidak melunturkan kasih sayang dan cinta tulus  saya untuk mereka.

Setiap hari hidup saya menjadi sangat berwarna. Saya juga orang yang selalu dan patut bersyukur, selain itu rasanya saya juga pantas mendapat rekor muri untuk kategori orang yang mendapat kecupan dan pelukan terbanyak secara konsisten ^_^ Setiap hari mereka selalu memeluk dan mengecup pipi saya, ach betapa bahagianya saya diberi  berkah luar biasa untuk mendidik dan membangun karakter  mereka sejak usia dini.

Awal memutuskan menjadikan rumah kami sebagai sekolah untuk anak usia dini, terjadi bukan secara kebetulan, sebenarnya sudah terjadi pergulatan batin dalam diri saya, melihat anak-anak yang ada dilingkungan saya yang belum atau bahkan tidak memiliki kegiatan. Anak yang tumbuh belum dengan karakter dan minat belajar yang tinggi, padahal sejatinya mereka-mereka inilah yang akan menjadi penerus kita, dan juga akan menjadi generasi bangsa dimasa depan.

Dengan izin dan dukungan suami, saya berhasil mewujudkan pergulatan batin saya kedalam sebuah wadah.Karena saya ga mau juga jadi orang yang NATO ^_^ Wadah itu berbentuk sebuah lembaga yang sudah jelas badan hukumnya. Wadah itu kami namakan PIKA RIMBACA.

Alhamdulillah dari sejak berdiri Oktober 2011, sampai dengan hari ini, anak-anak masih nyaman dan betah berada di sekolah ini. Disekolah ini saya ingin lebih mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan sebelumnya dari YPAI.Saya ingin semua anak mendapatkan haknya. Hak utamanya yaitu bermain sambil belajar. Saya sengaja hanya membuka untuk anak usia dini, karena hanya dimasa periode emas inilah anak berhak mendapatkan bekal dan stimulasi yang seharusnya untuk tumbuh kembang yang lebih sempurna,karena periode emas ini tidak akan terulang kembali, baik perkembangan bahasa, psikomotorik, kognitif dan afektif, dan yang jauh lebih penting adalah pembentukan karakter anak.

Buat saya anak mampu calistung di usia dini bukanlah sebuah keistimewaan utama, karena semua bisa didapatkan dengan proses yang semestinya, tapi buat saya yang terpenting adalah menanamkan dan menumbuhkan karakter mereka sejak dini juga menanamkan dan menumbuhkan MINAT Belajar sejak dini.
Jadi menurut saya, pendidikan karakter lebih utama dibandingkan dengan pendidikan intelegensia, saya memang bukan peneliti atau sedang dalam menempuh pendidikan khusus dibidang karakter anak usia dini, tapi alhamdulillah saya diberi kesempatan mendidik anak secara langsung dengan segala keunikan mereka jadi saya semakin meyakini bahwa pendidikan karakter dan Minat belajar adalah hal yang utama yang harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini sesuai dengan tahapan usia dan kemampuan serta kemauan anak, semua proses ini harus dilakukan dalam suasana yang selalu menyenangkan karena hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain. Karena saya yakin tidak ada anak yang nakal, bandel atau apapun cap stempel yang disematkan oleh orang dewasa kepada mereka, yang ada adalah anak yang punya rasa keingintahuan yang besar.

Melalui Blog ini pengalaman berharga saya setiap harinya mendidik anak usia dini akan saya bagikan bagi siapa saja yang membutuhkan, karena pengalaman adalah guru yang sangat berharga.

Jumat, 08 Maret 2013

Bersyukur, Bahagia dan Bangganya Jadi Istri Yang Dipercaya Suami


Pondok Benda, Bumi Serpong Residence
Jum’at, 8 Maret 2013
18:19
Bersyukur, Bahagia dan Bangganya Jadi Istri Yang Dipercaya Suami ^_^

Ga kerasa sudah hampir 4 tahun kt b2 menjalani kehidupan rumah tangga dengan segala ceritanya. Baik susah senang, sedih bahagia, sakit sehat, alhamdulillah sampai hari ini masih bisa kita lewati dan lalui dengan baik.
Sedikit mau berbagi pengalaman dan cerita yang in sha allah bisa menjadi inspirasi bagi yang membacanya :)  Kali ini saya mau berbagi cerita betapa bersyukurnya saya menjadi istri yang dipercaya oleh suami, khususnya dalam hal keuangan, karena tidak semua istri mendapat kepercayaan yang luar biasa dari suami.
Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang alhamdulillah setelah lama bekerja diluar rumah, diberi keberanian dan kekuatan untuk total berperan sebagai ibu yang bekerja dari rumah:) dengan memanfaatkan kelebihan dan talenta yang Allah SWT berikan untuk saya. Tapi saya tidak akan bercerita mengenai kegiatan saya sebagai ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah, tetapi sekali lagi saya ingin bercerita indahnya mendapat kepercayaan suami.
Sejak masih berpacaran dan alhamdulillah disatukan dalam ikatan pernikahan ,kami berdua berkomitmen tidak akan bertengkar hanya gara-gara uang, mesipun saat itu kami berdua masih bekerja dengan hasil yang belum seperti sekarang, saat  itu saya bekerja sebagai asisten direktur sebuah lembaga yayasan, dan suami sendiri masih bekerja dibidang retail sambi mengajar sebagai staf pengajar honorer diberbagai universitas. Bisa dibilang bahwa perekonomian kami belum sebagus sekarang. Tapi proses itu tetap kami lewati dengan penuh rasa syukur. Sampai dengan saat ini alhamdulillah roda perekonomian kami semakin membaik dan in sha allah memberi berkah bagi yang lain.Amin.
Dalam menjalankan roda kehidupan berumah tangga, suami memberi hak penuh kepada saya untuk mengatur keuangan keluarga. Berapapun yang diperoleh suami akan menyerahkannya  kepada saya. Suami tidak pernah membatasi dan bahkan melarang saya apakah uang tersebut ingin saya habiskan atau ditabung, semuanya terserah dan diserahkan penuh kepada saya. Bahkan saya tidak perlu minta izin darinya selain itu sebagian besar yang kami miliki dibuat atas nama saya, ets tapi jangan berburuk sangka dan negatif dulu y , ini dilakukan suami bukan karena dia takut pada saya tetapi lebih karena suami sudah memikirkan kedepan dan punya prinsip. Bahwa jika terjadi hal yang terburuk diantara kita berdua ( meninggal ) , maka anak-anak akan tetap mendapatkan hak atas hartanya dengan kata lain harta yang menjadi hak anak tetap aman.
Justru disitulah letak tanggung jawab saya terhadap suami. Mungkin banyak yang beranggapan betapa enaknya jadi saya, mau beli apa tinggal beli, mau apa bisa langsung diadain :) tetapi kepercayaan dan prinsip hidup suami sebagai kepala rumah tangga membuat saya semakin menjadi pribadi dan istri yang bertanggung jawab. Saya semakin hati-hati menggunakan uang, baik itu untuk kepentingan pribadi, kepentingan bersama. Saya semakin mengerti dan memahami prinsip mengutamakan kebutuhan daripada keinginan:) termasuk juga menentukan skala prioritas.
Keterbukaan dan kepercayaan sejak awal memutuskan menikah menjadi modal utama terbentuknya prinsip dan komitmen bersama. Karena kami sangat  percaya rezeki rumah tangga akan datang mengalir kalau kita sebagai suami istri saling jujur , terbuka dan bersyukur.
Rasakan nikmatnya menjadi istri yang dipercaya suami, jangan sampai suami lebih percaya dengan orang lain :)




Rabu, 06 Maret 2013

fun,ceria dan happy di PIKA RIMBACA BSR

Hai..teman-teman semua...begini loch sebagian kegiatan yang kami lakukan di PIKA RIMBACA BSR, disini kami bebas berekspresi dan melakukan kegiatan yang menyenangkan sesuai dengan tahapan usia, kemampuan dan kemauan kami sehingga MINAT Belajar kami sudah tumbuh , tapi tetap dibimbing dan diarahkan oleh ibu guru Dewi ^_^ tanpa ada paksaan loch :)


















Pentingnya memberikan stimulasi kepada anak sejak usia dini

Oleh : Dewi Yanuarita S.Ip

Periode " Golden Age " atau masa keemasan anak adalah masa yang terjadi pada anak usia dini mulai usia 0  s/d 3 tahun, dimana pada masa ini sel-sel otak anak berkembang  sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak mampu menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age)." Golden Age " ini tidak akan pernah terulang kembali, karena itulah dimasa ini peran orangtua dengan memberikan stimulasi atau rangsangan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjadikan sel-sel otak anak  berkembang dengan baik  sehingga anak mampu meningkatkan pengetahuannya , stimulasi juga mampu  membentuk karakter anak sejak usia dini.

Proses memberikan stimulasi atau rangsangan pada anak usia dini secara terus-menerus dan tepat sesuai dengan tingkat usia, kemampuan dan kemauan anak akan memberi hasil yang baik.Proses ini ibarat mengukir diatas batu, yang membutuhkan waktu yang lama tetapi memberi hasil yang sempurna yang akan tertanam dengan kuat dalam otak mereka yang tidak mudah terhapus.

Sebagai orangtua kita berkewajiban memberikan yang terbaik untuk anak , yang sesungguhnya bukan hanya memberikan materi tetapi lebih dari itu sebagai orangtua kita harus mampu memberikan stimulasi bahkan sejak anak masih dalam kandungan.Banyak penelitian yang menjelaskan korelasi antara stimulasi yang diberikan kepada anak sejak anak masih dalam kandungan bahkan sejak anak usia 0 s/d 6 tahun.

Berdasarkan pengalaman selama saya mengajar dan memberikan stimulasi pada anak usia dini di PIKA RIMBACA BSR jelas terbukti bahwa proses stimulasi yang tepat akan memberi hasil yang tepat juga.Stimulasi yang diberikan sesuai tahapan usia, kemampuan dan kemauan anak serta dalam proses yang menyenangkan tanpa ada paksaan pada anak. Pengalaman mengajar secara langsung dengan usia, karakter, kemampuan anak membuat saya semakin mengerti dengan kebutuhan anak mendapatkan stimulasi sesuai dengan tahapan usianya, berikut  tahapan memberikan stimulasi pada anak  sesuai dengan metode dan tahapan perkembangan anak selama saya mengajar anak usia dini:

Stimulasi Sesuai Tahapan Usia
Usia 0 - 3 bulan    
Utamanya anak membutuhkan rasa nyaman, aman serta yang paling penting adalah menyenangkan, karena kita tidak bisa lupakan bahwa hak utama anak adalah "bermain " karena itu berikan anak stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan. Hal paling sederhana yang bisa orangtua lakukan dengan cara memeluk, menggendong, menatap mata anak, berbicara atau mengajaknya tersenyum. Mainan yang digantung dengan warna-warna menarik dan mengeluarkan bunyi-bunyian juga merupakan stimulasi yang menyenangkan bagi anak. Menjelang akhir usia 3 bulan, cobalah melatihnya tengkurap, telentang atau menggulingkannya ke kanan dan kiri. Stimulasi anak untuk meraih dan memegang mainan, jika tangannya sudah cukup kuat.

Usia 3 - 6 bulan   
Stimulasi anak untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk. orangtua bisa menambahkan stimulasi dengan mengajaknya bermain "cilukba". 
 
Usia 6 - 9 bulan 
Di usia ini, orangtua bisa mulai meningkatkan stimulasi, dengan cara melatih tangan anak bersalaman, duduk dan berdiri sambil berpegangan. Penting juga bagi orangtua untuk mulai membiasakan diri membacakan dongeng untuk si kecil sebelum tidur.  
 
Usia 9 - 12 bulan 
Mulailah membiasakan anak mendengar verbal kembar seperti mama,papa,bobo,pipi,gigi,kuku,yoyo,susu , karena kata ini adalah kata yang mudah diingat dan yang paling penting dalam memberikan stimulasi pada anak harus dimulai dari hal yang paling mudah bagi anak. Selain itu ajarilah anak memanggil mama-papa , . Orangtua juga sudah bisa melatih anak untuk berdiri, berjalan dengan berpegangan, meminum dari gelas, menggelindingkan bola, dan bermain memasukkan mainan ke wadah.

Usia 12 - 18 bulan  
Stimulasi anak dengan bermain bersama menyusun kubus, menyusun potongan gambar sederhana, memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya, atau bermain boneka. Ajari juga ia cara menggunakan peralatan makan dan memegang pensil lalu biarkan ia mencoret-coret kertas dengan pensil warna. Lanjutkan stimulasi dengan melatihnya berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah sederhana, menyebutkan nama, dan menunjukkan benda-benda.
 


Usia 18 - 24 bulan  
Di usia ini mulailah merangsang anak dengan mengajaknya berdialog, memintanya menyebutkan, dan menunjukkan bagian tubuh seperti mata, hidung, telinga, dan mulut.  Minta pula ia menyebutkan nama-nama binatang, gambar atau benda-benda di sekitar rumah. Cobalah membiasakan mengajak si kecil berbicara tetap dengan lafalyang jelas tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi, main, dan sebagainya). Latih   ia menggambar garis, mencuci tangan, memakai celana, baju, melempar bola, dan melompat. Pada masa ini juga biasakanlah anak untuk mendengarkan lafal atau ucapan dengan jelas, tidak dicadel-cadelkan.Biasakan juga untuk melakukan kontak mata pada anak ketika berkomunikasi.
 
Usia 2 - 3 tahun  
Saatnya orangtua mengajari anak untuk mengenal warna, menghitung benda, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit), menggambar garis, lingkaran dan manusia. Ajari pula cara memakai baju, menyikat gigi, buang air kecil dan besar di toilet. Stimulasi juga bisa diberikan dengan mengajaknya latihan berdiri satu kaki, menyebutkan nama teman, bermain kartu, boneka, dan masak-masakan.

Usia 3 tahun ke atas 
Stimulasi yang bisa orangtua berikan pada anak  lebih mengarah pada pengembangan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa serta untuk kesiapan sekolahnya. Ajari ia melakukan motorik kasar seperti berlari, senam sehat, lalu latih juga motorik halusnya seperti memegang pensil dengan baik, menulis,latih juga kognitif anak dengan mengenalkan huruf dan angka,mengenalkan bunyi verbal kembar, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, buang air kecil dan besar di toilet, berbagi dengan teman, serta kemandirian. Stimulasi awal pada anak harus diberikan oleh orangtua dirumah, setelah itu , stimulasi juga bisa dilakukan di kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
 
Lebih dari itu semua hendaknya kita mengerti hakikat dasar kebutuhan utama anak yaitu "bermain" karena itu mari kita mulai memberikan stimulasi pada anak sambil bermain sehingga tercipta suasana yang menyenangkan tanpa ada paksaan terhadap anak.Sehingga anak akan tumbuh berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kemauannya yang pastinya juga akan sesuai harapan dan doa orangtua.amin.